Pembentukan, Jenis dan Komposisi Batuan

Latar Belakang dan Pembentukan Batuan, Komposisi dan Jenis Batuan, Batuan kapur, Batuan yang mengandung silikat, Granite, Marmer
Pembentukan, Jenis dan Komposisi Batuan
Teknologi Bahan Konstruksi -- Pada kesempatan kali admin akan membagikan beberapa materi yang admin dapat di perkulihan Teknologi Bahan Konstruksi. Topik yang kali ini admin akan begikan yaitu tentang Pembentukan, Jenis dan Komposisi Batuan. Silahkan lihat di bawah ini

Latar belakang dan pembentukan batuan
Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yangmenyatu dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah lainnya.

Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses vulkanik. Batuan ini disebut dengan batu gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang membawa batuan tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran air yang ada.

Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya, batuan tersebut menjadi pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ini yang disebut dengan batu sungai atau batu kali. Kelompok batuan ini merupakan batuan luar.

Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk dalam waktu yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan Ini disebut batuan metamorfose, yang termasuk dalam batuan in yaitu marmer, granit, onix dan lain-lain, tergantung bahan dasar mineral pembentuknya.

Komposisi dan Jenis Batuan
Batuan dapat diklasifikasikan menurut komposisi kandungan mineral dari batuan tersebut, dimana penggunaan batu pada konstruksi bangunan dibedakan menjadi :
a. Batuan kapur
b. Batuan yang mengandung bahan utama silikat
Dengan komposisi kandungan bahan pembentuk tersebut diatas, maka jenis batuan-batuan ini dijelaskan sebagai berikut :

Batuan kapur
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan yang lain dengan perbandingan tertentu, sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan Portland Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan pasir.

Kelebihan kapur sebagai bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai berikut :
1. Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas.
2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan cepat, sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.
3. Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.

Dalam keadaan sehari-hari di pasaran dikenal beberapa jenis kapur yang digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu :
1. Kapur tohor (Ca.O), yaitu hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian besar merupakan kalsium karbonat (Ca.CO3).
2. Kapur udara, yaitu kapur padam yang di aduk dengan air setelah beberapa waktu campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
3. Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang diaduk dengan air, setelah beberapa waktu campuran dapat mengeras, baik di dalam air maupun di udara.

Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang mengandung kalsium karbonat (Ca.CO3) dengan suhu ± 980 Celsius, hingga karbon dioksidanya keluar. Akibat dari pemanasan dan keluarnya karbon dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau kapurnya saja yang tertinggal.
Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur dapat ditulis sebagai berikut :
Ca.CO3 Ca.O + CO2
Ca. O + H2O Ca. (OH2) + panas
Ca. (OH2) + CO2 Ca.CO3 + H2O
Susunan kimia maupun sifat fisis bahan dasar yang mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Bahkan dalam satu tempatpun belum tentu sama. Dari proses tersebut, kalsium oksida (Ca.O) yang diperoleh, biasa disebut dengan quick lime.

Kapur dari hasil pembakaran ini, bila ditambah dengan air akan mengembang dan retak-retak sebagai akibat banyaknya jumlah panas yang dikeluarkan hingga seperti mendidih.

Proses ini menghasilkan Ca.
(OH2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat air yang digunakan untuk proses ini merupakan 32 % dari berat kapur, tetapi karena faktor faktor pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan sampai 2 atau 3 kali berat kapur.

Proses penambahan air pada kapur ini disebut slaking, yang menghasilkan kalsium hidroksida, yang disebut dengan slaked lime atau hydrated line.

Bila kalsium hidrat ini dicampur dengan air, akan diperoleh mortar kapur atau spesi campuran kapur. Di udara terbuka mortar ini menyerap karbon dioksida CO2 dan dengan proses kimia menghasilkan Ca. CO3 yang bersifat keras dan tidak larut dalam air.

Batuan yang mengandung silikat
Batuan ini lebih bersifat batuan keras, mempunyai warna yang menarik dengan permukaan licin. Warna dari batuan in banyak dipengaruhi oleh komposisi mineral pembentukan batuan tersebut yaitu:

1. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan kapur dan potasium, berwarna merah, merah jambu, bahkan bening.
2. Bornblende merupakan silikat aluminium yang dengan campuran kapur dan bijih besi, sebagai bahan mineral yang keras dan kuat, sebagai kristal berwarna hijau, coklat dan hitam.
3. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama silikat aluminium, tetapi mempunyai kombinasi dari beberapa bahan mineral besi atau potasium, biasanya merupakan butiran kristal, yang mudah lepas sebagai lempengan-lempengan kecil.
4. Sepentinemerupakan silikat magnesium, yang penampilannya selalu menjadi satu dengan kapur, berwarna hijau muda atau kuning, dan permukaannya berupa lempengan rata dan halus, serta mudah dipisahkan.

Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan, baik untuk lantai maupun sebagai pelapis dinding merupakan :

1. Granite
Menurut Smith & Andres dalam “Material of Construction” granit merupakan bahan batuan murni, yang merupakan kombinasi dari bahan quartz, felspar, bonblende dan mika, umumnya sangat keras, kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi, sehingga mengkilap.

Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan kalsium oksida. Berat granit bervariasi antara 2643 kg/m3 sampai dengan 3204 kg/m3 dengan batas tegangan hancur antara 1390 kg/cm2 sampai dengan 3090 kg/m2, dan kemampuan serap air merupakan 0,002 atau 0,2 dari beratnya.

Finishing granit dari penggergajian sampai menjadikan permukaannya licin seperti kaca yang halus dengan cara pemolesan permukaannya dengan mesin poles.

Sedang warna granit umumnya merupakan merah, merah jambu, kuning, hijau, biru, putih, hitam dan coklat. Granit dapat digunakan sebagai pelapis lantai, pelapis dinding bagian luar maupun dalam, anak tangga dengan lebar yan bervariasi.

Pada umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800 mm, dan tebal antara 57 sampai 100 mm, dan untuk ukuran yang kecil biasanya dnegan tebal 75 sampai 100 mm, atau sesuai dengan ukuran pemesan. Granit yang berupa potongan-potongan dapat digabung menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Penggunaan yang lain dari granit merupakan sebagai pelapis kerb pada jembatan dan paving stones, atau sebagai bahan finishing bangunan.

2. Marmer
Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, di dalam “Material nof Construction” menrupakan batu kapur bercampur dengan mineral silika yang mengalami rekristalisasi akibat pengaruh tekanan dan suhu yang sangat tinggi.

Marmer seperti pada granit digunakan untuk pelapis lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna putih salju, merah jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan tekstur tergantung mineral yang
dominan dalam kandungannya.

a. Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, digunakan untuk struktur pondasi, dinding penahan dan lain-lainnya, dengan memakai perekat atau tanpa perekat.
b. Pada butiran-butiran kecil, baik yang berasal dari alam, atau karena proses pemecahan, digunakan untuk bahan agrerat kasar beton maupun campuran aspal.
c. Sedang bantuan metamorfose, yaitu marmer, granit dan lain-lain banyak digunakan sebagai bahan lantai, dan pelapis dinding, atau ornamen lainnya.
d. Bantuan kapur, dengan proses pembakaran dengan suhu yang tinggi, menjadi batu gamping, selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau mortar, sebagaiperekat pasangan batu maupun dinding, atau untuk sebagai plesteran dinding.

Demikianlah materi perkuliahan Teknologi Bahan Konstruksi tentang Pembentukan, Jenis dan Komposisi Batuan yang admin dapat bagikan pada kesempatan kali ini. Karena terbatasnya ilmu yang di miliki admin... kritik dan saran yang membangun sangat admin butuhkan supaya lebih baik di masa mendatang. EttzZZ jangan kemana-mana dulu baca juga Pengujian Terhadap Lempung (Tanah Liat)

Komentar